Tuesday, April 16, 2013

Investor Reference 16 Apr 2013

LOTS Trading Club™ | lots.co.id
"Dibalik Anjloknya Harga Emas"

Harga emas kembali anjlok dan menjadi penurunan terburuk sejak 1980. Dengan demikian emas telah turun lebih dari $200 per ounce hanya dalam dua hari. Margin call dan automatic stop loss di bursa komoditas kemudian memicu panik jual dan koreksi pun menjadi-jadi. Ada apa sebenarnya?

November tahun lalu Citigroup pernah menandai akhir dari supercycle komoditas, terutama emas, yang disebut sebagai “death bell.” Sampai disini tidak banyak yang ikut menjual emas kecuali George Soros yang melepas sekitar 55% posisinya.

Sejak saat itu pula harga emas tidak pernah lagi mencetak rekor tertinggi baru meskipun cukup banyak analisis yang menyebut angka $2.000 sebagai target jangka panjang.

Kemudian pada 2 April lalu UBS dan Societe Generale merilis tesis mereka yang mendukung teori Citigroup tentang akhir dari "commodities supercycle". Puncak dari kepanikan muncul saat Komisi Eropa menyatakan Cyprus telah berkomitmen menjual sekitar $525 juta cadangan emasnya.

Panik berlanjut ketika pada 10 April Goldman Sachs menyebut perputaran dalam siklus emas semakin cepat dan investor harus menjual emasnya. Goldman memangkas target jangka pendek emas ke $1.530 dan proyeksi 12 bulan menjadi $1.390 per ounce.

Bagaimana dampak dari jatuhnya emas terhadap bursa saham? Akan lebih mudah mengenali penyebab turunnya emas untuk mencari keterkaitannya dengan saham daripada mencoba memahami pengaruh dari turunnya emas itu sendiri. Ada faktor GDP 1Q China yang dibawah ekspektasi pada turunnya harga emas. Dan data GDP tersebut bak air es yang diguyur ke panasnya harapan market akan recovery ekonomi global.

Jika perekonomian global, dimotori oleh China, pulih seperti diharapkan, ekspektasi pasar berlanjut pada melonjaknya inflasi yang dipicu oleh lomba kucuran stimulus bank sentral dunia. Dan emas, akan menjadi safe haven pada saat tersebut. Namun inflasi tidak kunjung datang. Bank sentral Jepang bahkan ikut dalam perang mata uang untuk melawan deflasi. Jadi untuk apa menumpuk lebih banyak emas saat ini?

Melambatnya pertumbuhan ekonomi China, dalamnya resesi Eropa dan indikasi mulai tertahannya akselerasi pemulihan ekonomi Amerika bisa jadi alasan untuk koreksi saham global. Di bursa saham Jakarta, ekspektasi atas naiknya inflasi dan mungkin juga suku bunga kembali mengemuka menjelang kenaikan harga BBM. Jadi cukup alasan dalam jangka pendek ini untuk kembali koreksi. Dan koreksi adalah saat untuk kembali mengakumulasi saham favorit seperti PTPP, WIKA, ADHI, KLBF, BSDE, KIJA atau MAIN.
me @ LOTS Trading Club (LTC)

No comments:

Post a Comment