Thursday, June 27, 2013

Lautandhana Daily View 27 Juni 2013

IHSG kemarin akhirnya terjadi teknikal rebound dan ditutup melonjak tajam sebesar 3,8% ke level 4.587,7 berkat aksi akumulasi saham yang sudah jatuh hingga bali ke awal tahun yang didorong oleh positifnya data penjualan rumah dan membaiknya keyakinan konsumen AS. Keseluruhan sektoral ditutup teknikal rebound dipimpin penguatan saham-saham di sektoral aneka industry, consumer dan manufaktur. Investor asing masih merealisasikan transaksi net sell namun tidak terlalu signifikan seperti dalam beberapa hari terakhir, yakni hanya senilai Rp 157 miliar. Saham-saham jajaran top gainers di antaranya HM Sampoerna (HMSP) naik Rp 3.000 ke Rp 85.000, Indocement (INTP) naik Rp 2.100 ke Rp 23.700, Unilever (UNVR) naik Rp 2.000 ke Rp 28.000, dan SMART (SMAR) naik Rp 1.600 ke Rp 9.600; sedangkan saham-saham kategori top losers antara lain Gowa Makassar (GMTD) turun Rp 1.600 ke Rp 6.400, Goodyear (GDYR) turun Rp 1.500 ke Rp 23.000, Saratoga (SRTG) turun Rp 950 ke Rp 4.550, dan Nippon (ROTI) turun Rp 200 ke Rp 7.450.

Bursa AS semalam masih melanjutkan rebound yang terjadi dan ditutup serentak menguat dimana indeks Dow Jones dan S&P 500 menguat 1% masing-masing ditutup ke level 14.910,1 dan 1.603,3. Penguatan bursa AS didongkrak oleh naiknya saham Citigroup Inc dan Bank of America Corp naik sekitar 0,7% sedangkan Boeing Co dan Microsoft Corp melonjak lebih dari 2%. Sementara itu, bursa Eropa juga ditutup serentak menguat didongkrak oleh ekspektasi membaiknya indeks keyakinan konsumen Jerman bulan depan yang melebihi ekspektasi ekonom (6.8 di Juli 2013 vs 6.5 Juni 2013). Indeks DJ Euro Stoxx dan FTSE 100 naik masing-masing sebesar 2,3% dan 1% ditutup ke level 2.602,8 dan 6.165,5.

IHSG kami perkirakan bergerak fluktuatif dan melanjutkan euphoria rebound dengan sifat terbatas. Saham pilihan kami antara lain: SMGR dan ASII.

Tuesday, June 25, 2013

Lautandhana Daily View 25 Juni 2013

IHSG awal pekan ditutup kembali terkoreksi cukup dalam sebesar 1,9% pada level 4.429,5 tertekan oleh sentiment dihentikannya penyaluran kredit perbankan di China akibat kenaikan suku bunga dalam dua pekan terakhir sehingga muncul krisis likuiditas perbankan China. Keseluruhan sektoral IHSG tak luput dari aksi tekanan jual investor dipimpin oleh anjloknya saham-saham sektoral property, perdagangan, pertambangan dan industry dasar. Saham-saham jajaran top gainers di antaranya Inovisi (INVS) naik Rp 700 ke Rp 6.750, Lionmesh (LMSH) naik Rp 500 ke Rp 10.000, Acset (ACST) naik Rp 325 ke Rp 2.825, dan Indofood CBP (ICBP) naik Rp 250 ke Rp 10.750; sedangkan saham-saham kategori top losers antara lain Mayora (MYOR) turun Rp 2.150 ke Rp 28.500, Sarana Menara (TOWR) turun Rp 1.500 ke Rp 24.500, Indocement (INTP) turun Rp 950 ke Rp 21.450, dan Unilever (UNVR) turun Rp 850 ke Rp 26.400.

 Kekhawatiran atas krisis likuiditas China mendorong terjadinya panic sell yang juga melanda bursa saham AS dan Eropa di awal pekan untuk ditutup serentak terkoreksi. Bursa saham China sendiri ditutup anjlok signifikan hingga ke level 1.963,2 (-5,3%). Saham sektoral perbankan AS memimpin laju koreksi indeks dimana saham Bank of America Corp. dan Citigroup Inc. turun lebih dari 3% sedangkan saham Apple Inc. anjlok 2,7% pasca diturunkannya target price oleh  Jefferies & Co. Indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq melemah masing-masing ke level 14.659,6 (-0,9%), 1.573,1 (-1,2%) dan 3.320,8 (-1,1%). Pun demikian dengan indeks FTSE 100 dan DJ Euro Stoxx yang masing-masing juga ditutup terkoreksi tajam sebesar 1,4% dan 1,5% ke level 6.029,1 dan 2.511,8.
 
IHSG kami perkirakan masih cenderung mengikuti pergerakan melemah bursa regional namun berpotensi rebound terbatas.  Saham pilihan kami antara lain: SMGR dan ASII.

Poultry Sector (Overweight) On The Wings Of Rising Long-Term Prospects

We keep our positive view on the poultry industry, seeing that Indonesia is currently in the early cycle of increasing chicken consumption – driven by rising personal income, a steadily growing population and an ongoing urbanization trend. There may be some challenges on the purchasing power side, but we expect the impact to be soft. Maintain OVERWEIGHT with MAIN as our top pick.

*       Still on the right course.
We reiterate our positive view on the prospects of the Indonesian poultry industry as the country is still in the early cycle of increasing chicken consumption, estimated at 7.4kg per capita by Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU or Indonesian Poultry Breeders Association; note that other sources may cite lower estimates), compared with neighboring Thailand (~13kg), Malaysia (~37kg) or even the Philippines (8.4kg), which has a lower GDP per capita.

That said, a recent hike in fuel prices and the threat of inflation in general may weaken purchasing power. Nevertheless, we expect the negative impact of these factors on the poultry industry to be mild, considering that people tend to reduce the consumption of luxury goods first before cutting their spending on food. In addition, the rise in minimum wages earlier this year should provide some buffer and partially offset the impact of inflation.

*       Expecting a good 2Q13. 
We expect the 2Q13 results of companies in this sector to be better than in 1Q13, either on a quarterly or yearly basis, driven by the high seasonal day-old chicks (DOC) benchmark prices (April to mid-June average prices rose 8% q-o-q and 13% y-o-y) and declining raw feed prices (although selling prices remain at stubbornly high levels).

The price of corn (in IDR) dipped 6% in 1Q13 from its peak in 3Q12, while soybean meal prices (in IDR) dropped 15% in the same period. Since raw material prices remained stable in 2Q13, we expect to see good 3Q13 results on y-o-y basis.

On a q-o-q basis, however, we could see a drop as DOC prices seasonally fall in the three weeks before the Lebaran (Eid al Fitr) festivities, which is expected in early August.

*       MAIN still our top pick. 
We just rolled over our DCF-based valuation to 2014. In terms of business model, we still like CPIN the most, but its rich 18.8x FY14F P/E prompts us to put a NEUTRAL call on the stock. We like MAIN, whose business model is closest to CPIN but is endowed with better growth prospects and a deep discounted valuation of 11.7x FY14F P/E.

We also changed our recommendation on our least preferred poultry counter, JPFA, from TAKE PROFIT to NEUTRAL, as the stock’s valuation has dipped below our Fair Value. Recently, JPFA’s valuation fell below MAIN’s, which proved our earlier thesis on relative valuation among Indonesia’s poultry players.

me @ LOTS Trading Club (LTC)

Monday, June 17, 2013

Lautandhana Daily View 17 Juni 2013

IHSG kemarin ditutup rebound signifikan pada level 4.760,7 (+3,3%) didorong oleh reboundnya saham-saham unggulan yang sudah terkoreksi cukup dalam terutama sektoral keuangan, property dan industry dasar. Investor asing masih membukukan transaksi net sell senilai Rp 366 miliar. Saham-saham top gainers di antaranya Gudang Garam (GGRM) naik Rp 1.900 ke Rp 49.400, Gowa Makassar (GMTD) naik Rp 1.300 ke Rp 10.000, Indo Tambangraya (ITMG) naik Rp 1.100 ke Rp 26.400, dan Unilever (UNVR) naik Rp 1.050 ke Rp 28.850; sedangkan saham-saham top losers antara lain Astra Agro (AALI) turun Rp 600 ke Rp 20.000, Tiga Raksa (TGKA) turun Rp 400 ke Rp 1.300, Tempo Scan (TSPC) turun Rp 225 ke Rp 4.250, dan Sumber Alfaria (AMRT) turun Rp 200 ke Rp 6.300.

Bursa AS di akhir pekan ditutup terkoreksi jelang hasil pertemuan rapat The Fed pekan ini. The Fed sendiri menginidikasikan melakukan penguarangan program stimulus buy back obligasinya melihat data ekonomi yang terus membaik. American Express Co. (AXP) turun 6,5% setalah diturunkan ratingnya oleh Barclays Plc sedangkan Lululemon Athletica Inc. turun 19 percent pasca pengumuman mundurnya Chief Executive Officer Christine Day. Indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing melemah ke 15.070,2 (-0,7%) dan ke 1.626,7 (-0,6%). Sementara itu, bursa Eropa akhir pekan mampu ditutup menguat tipis dimana indeks DJ Euro Stoxx dan FTSE 100 menguat masing-masing sebesar 0,2% dan 0,1%.

IHSG awal pekan ini kami perkirakan bergerak menguat terbatas dan berfluktuatif.  Saham pilihan kami antara lain: SMGR.

Monday, June 10, 2013


Lautandhana Daily View 10 Juni 2013

IHSG akhir pekan ditutup terkoreksi cukup dalam sebesar 2,7% ke level 4.865,3 mengekor anjloknya bursa global terkait dengan kemungkinan dihentikannya program stimulus bank sentral dunia. Keseluruhan sektoral IHSG ditutup turun dipimpin oleh koreksi yang melanda saham-saham sektoral industry dasar, consumer dan manufaktur. Investor asing membukukan transaksi net sell signifikan sebesar Rp 1,8 triliun. Saham-saham jajaran top gainers di antaranya United Tractor (UNTR) naik Rp 900 ke Rp 17.500. Apexindo (APEX) naik Rp 575 ke Rp 2.900, Dyviacom (DNET) naik Rp 240 ke Rp 1.210, dan Sinar Mas (SMMA) naik Rp 225 ke Rp 4,725; sedangkan saham-saham kategori top losers antara lain Merck (MERK) turun Rp 4.500 ke Rp 210.500, Unilever (UNVR) turun Rp 2.100 ke Rp 28.900, Gudang Garam (GGRM) naik Rp 1.550 ke Rp 51.500, dan Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.450 ke Rp 28.050.

Bursa AS dan Eropa di akhir pekan ditutup rebound seiring dengan meningkatnya data ketenaga kerjaan AS yang baru sebanyak 175.000 di bulan Mei yang melebihi ekspektasi ekonomis. The Fed menyatakan tidak akan menghentikan program stimulusnya dalam periode jangka pendek ini. Indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq melonjak signifikan masing-masing ke level 15.248,1 (+1,4%), 1.643,4 (+1,3%) dan 3.469,2 (+1,3%). Sementara itu, indeks FTSE 100 dan DJ Euro Stoxx juga terseret naik signifikan pasca koreksi berturut-turut di beberapa hari perdagangan terakhir. Indeks FTSE menguat ke level 6.412 atau melonjak 1,2% sedangkan indeks DJ Euro Stoxx naik 1,8% ke level 2.724,1.

IHSG awal pekan kami perkirakan bergerak seirama dengan peregreakan teknikal reboundnya bursa global. Saham pilihan kami antara lain: SMGR, RALS, AKRA.

Monday, June 03, 2013

Lautandhana Daily View 03 Juni 2013

IHSG akhir pekan ditutup terkoreksi 1,2% di level 5.068,6 disebabkan oleh tekanan jual signifikan yang melanda saham-saham unggulan. Volume dan nilai transaksi melonjak tinggi berkat beberapa transaksi saham di pasar negosiasi yang dilakukan oleh beberapa broker seperti Credit Suisse Securities (CS), UBS Securities (AK) dan Kim Eng Securities (ZP). Asing membukukan transaksi net sell senilai Rp 622 miliar. Saham-saham top gainers di antaranya Astra Agro (AALI) naik Rp 650 ke Rp 19.500, Fastfood (FAST) naik Rp 400 ke Rp 13.400, Pembangunan Jaya (PJAA) naik Rp 350 ke Rp 1.770, dan Indo Tambangraya (ITMG) naik Rp 350 ke Rp 30.000; sedangkan saham-saham kategori top losers antara lain Multi Bintang (MLBI) turun Rp 50.000 ke Rp 1,45 juta, Gudang Garam (GGRM) turun Rp 3.000 ke Rp 53.500, Unilever (UNVR) turun Rp 1.850 ke Rp 30.500, dan Telkom (TLKM) turun Rp 800 ke Rp 11.050.

Bursa AS dan Eropa akhir pekan ditutup serentak terkoreksi sejalan dengan tanda-tanda melambatnya pertumbuhan ekonomi AS dimana indeks belanja konsumsi AS di bulan Mei terkontraksi 0,2% untuk pertama kaliny dalam satu tahun. Pelemahan data ekonomi AS ini mendorong optimism investor atas tetap dilanjutkannya stimulus The Fed, pasca The Fed mengindikasikan akan mengurangi program stimulusnya jika membaiknya ekonomi secara berkesinambungan. Indeks Dow Jones dan S&P 500 melemah sebesar 1,4% ditutup masing-masing pada level 15.115,6 dan 1.630,7. Sementara itu, indeks FTSE dan DJ Euro Stoxx masing-masing melemah 1,1% untuk ditutup pada level 6.583,1 dan 2.769,6.

IHSG awal pekan kami perkirakan bergerak fluktuatif cenderung terjadi koreksi lanjutam. Saham pilihan kami, antara lain: SMGR, ASII, KIJA, SSIA dan RALS.