IHSG
awal pekan ditutup kembali terkoreksi cukup dalam sebesar 1,9% pada
level 4.429,5 tertekan oleh sentiment dihentikannya penyaluran kredit
perbankan di China akibat kenaikan suku bunga dalam dua pekan terakhir
sehingga muncul krisis likuiditas perbankan China. Keseluruhan sektoral
IHSG tak luput dari aksi tekanan jual investor dipimpin oleh anjloknya
saham-saham sektoral property, perdagangan, pertambangan dan industry
dasar. Saham-saham jajaran top gainers di antaranya Inovisi (INVS) naik
Rp 700 ke Rp 6.750, Lionmesh (LMSH) naik Rp 500 ke Rp 10.000, Acset
(ACST) naik Rp 325 ke Rp 2.825, dan Indofood CBP (ICBP) naik Rp 250 ke
Rp 10.750; sedangkan saham-saham kategori top losers antara lain Mayora
(MYOR) turun Rp 2.150 ke Rp 28.500, Sarana Menara (TOWR) turun Rp 1.500
ke Rp 24.500, Indocement (INTP) turun Rp 950 ke Rp 21.450, dan
Unilever (UNVR) turun Rp 850 ke Rp 26.400.
Kekhawatiran
atas krisis likuiditas China mendorong terjadinya panic sell yang juga
melanda bursa saham AS dan Eropa di awal pekan untuk ditutup serentak
terkoreksi. Bursa saham China sendiri ditutup anjlok signifikan hingga
ke level 1.963,2 (-5,3%). Saham sektoral perbankan AS memimpin laju
koreksi indeks dimana saham Bank of America Corp. dan Citigroup Inc.
turun lebih dari 3% sedangkan saham Apple Inc. anjlok 2,7% pasca
diturunkannya target price oleh Jefferies & Co. Indeks Dow Jones,
S&P 500 dan Nasdaq melemah masing-masing ke level 14.659,6 (-0,9%),
1.573,1 (-1,2%) dan 3.320,8 (-1,1%). Pun demikian dengan indeks FTSE
100 dan DJ Euro Stoxx yang masing-masing juga ditutup terkoreksi tajam
sebesar 1,4% dan 1,5% ke level 6.029,1 dan 2.511,8.
IHSG kami perkirakan masih cenderung mengikuti pergerakan melemah bursa regional namun berpotensi rebound terbatas. Saham pilihan kami antara lain: SMGR dan ASII.
No comments:
Post a Comment